Ditulis oleh : Andy Tirta, Ketua Umum Barisan Pencinta Pancasila (SANTALA)

Baru-baru ini para relawan Jokowi meributkan soal Kanjeng Norman selaku relawan militan Jokowi yang menemui Rocky Gerung dan Lieus Sungkarisma yang notabene adalah “musuh” bebuyutannya para relawan Jokowi saat pilpres. Sebagian relawan Jokowi tidak rela Kanjeng Norman menemui keduanya, Rocky dan Lieus, karena menurut Kanjeng Norman, kasus tanah Rocky Gerung dengan pihak  Sentul City adalah pintu masuk untuk memberantas mafia tanah.

Namun menurut saya  bahwa Kanjeng Norman sebagai relawan militannya Jokowi semenjak 2014 memang harus bangkit dan  hadir  membela hak-hak rakyat yang acapkali terzalimi oleh para mafia tanah dan para pengembang apartemen maupun kompleks perumahan yang acapkali melanggar UU dan merugikan masyarakat konsumennya.

Negara seringkali tidak hadir ketika para mafia tanah mencaplok tanah milik warga masyarakat. Masyarakat tak berdaya. Lurah, Camat, Polsek pun tak bisa membela hak-hak masyarakat. Di negara hukum ini seolah-olah berlaku hukum rimba.

Saya kenal Kanjeng Norman sejak pilkada Jakarta. Beliau aktif di Lion Club, sebuah organisasi sosial kemanusiaan berskala internasional. Dan waktu itu Kanjeng Norman juga adalah pendukung Ahok yang sangat militan. Beliau berani “melibas” seorang purnawirawan jenderal di layar kaca.

Kanjeng pun pernah menjadi Koordinator dari para Ahokers yang begitu solid mendukung Ahok.

Itulah makanya saya yang pernah mendampingi Kanjeng Norman dalam mengurus organisasi “Ahokers Milenial” tidak merasa heran mengapa Kanjeng Norman yang sudah diangkat menjadi Komisaris PT Berdikari Meubel Group BUMN, tetapi masih mau lelah turun ke lapangan untuk membela hak-hak warga masyarakat yang dizalimi oleh mafia tanah. 

Makanya, sejak awal saya mendukung Beliau menjadikan kasus Rocky Gerung sebagai pintu masuk dalam upaya pemberantasan mafia tanah.

Dan menurut saya yang pernah bersama Kanjeng mendukung Ahok saat pilkada maupun mendukung Jokowi saat pilpres, bahwa semenjak pilpres telah selesai, dan Jokowi telah menang, Jokowi  pun telah menjadi Presiden Republik Indonesia. Jokowi bukan lagi milik para pendukung dan relawannya saja tetapi Jokowi adalah presiden  milik seluruh rakyat Indonesia. Dan tak boleh ada lagi yang namanya Cebong-Kampret. 

Kedua belah pihak yang berlawanan saat pilpres, kini, sudah harus bersatu-padu membangun negeri. Bersatu-padu bekerja membangun nusa dan bangsa. Bersatu-padu membela kepentingan rakyat.

Jadi, sesungguhnya kita semua harus bersatu bersama Kanjeng Norman membasmi mafia tanah yang sejak puluhan tahun lalu sudah bebas bernafas di negara hukum ini yang kemudian merugikan warga masyarakat. Apalagi Presiden Jokowi pun telah bersuara tegas meminta mafia tanah diberantas tuntas.

Sebagai sesama anak bangsa mari kita bersatu-padu, bersama-sama berpartisipasi membangun bangsa dan negara. Membela hak-hak warga negara yang dizalimi pihak-pihak tertentu.Kita bersatu-padu menegakkan hukum mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat.

Salam NKRI.
Salam Pancasila.

What's your reaction?

Excited
0
Happy
0
In Love
0
Not Sure
0
Silly
0
Andy Tirta
penulis

    You may also like

    Leave a reply

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    More in:Nasional